SELAMAT DATANG DI BLOG SUYUH

semoga bermanfaat

Senin, 23 Agustus 2010

tafsiran syahadatain

TAFSIRAN SYAHADATAIN


عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari ibnu umar ra berkata :rosululloh saw bersabda”islam dibangun di atas lima perkara yaitu bersaksi bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh,menegakan sholat,menunaikan zakat,dan berpuasa dibulan romadhon (HR bukhori)

عَنْ ابْنِ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Dari ibnu umar ra bahwa Rosululloh saw bersabda:aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwasannya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh dan bahwasanya muahammad adalah utusan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat,maka apabila mereka melaksanakan semua itu maka terjagalah dariku harta dan jiwa mereka kecuali atas hak islam dan perhitungan mereka kepada Alloh (HR bukhori mulsim)
Jumlah umat Islam kinibegiti banyak. Sebagian besar mereka terkategorikan sebagai Islam keturunan atau kebetulan terlahir sebagai muslim dari orang tua. Kenyataan akan jumlah yang banyak tidak berkorelasi dengan pemahamannya kepada Islam secara benar, orisinil dan utuh. Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Syahadatain adalah pondasi atau asas dari bangunan keislaman seorang muslim apabila pondasinya baik maka bangunan itupun akan baaik tapi sebaliknya kalaulah pondasi itu jelek maka bangunan itu pun akan mudah runtuh,Allloh pun memberikan permisalan dalam Al-qur’an,Alloh berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُون وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.(QS 14:24-26)
Dalam ayat diatas diterangkan bahwa kalimat yang baik (kalimat thoyibbah)seperti pohon yang baik yang akarnya menghunjam kebumi dan cabangnya menjulang ke langit yang akan menghasilkan buah dengan seijin Robnya,dan para ulama telah sepakat bahwa yang disebut kalimat thoyibah adalah kalimat “laa ilaaha illalloh” ibnu abbas diantaranya mengatakan bahwa yang disebut kalimat thoyibah adalah syahadat laa ilaaha illalloh .oleh karena itu amal seseorang akan menjadi baik kalaulah aqidahnya benar .
Ketahuilah, bahwasanya inti dakwah para Rosul adalah menyeru manusia kepada tauhid.Alloh berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS 16:36)
Kurang lebih 13 tahun lamanya Rosululloh saw berdakwah di mekkah menyeru manusia kepada tauhid dan berlepas diri dari semua bentuk ketaatan kepada selain Alloh,maka dengan kalimat itulah manusia menjadi mulia dengan kalimat itu juga panji islam dikibarkan lihatlah bagaiman keteguhan bilal bin robah,keluarga yatsir dan para sahabat yang lainnya, itu semua karena yang pertama Rosululloh tanamkan kepada para sahabat adalah aqidah.oleh karena itu pemahaman yang benar adalah pemahan yang berangkat dari pemahaman syahadatain (aqidah) yang benar.
Maka marilah kita pahami akan hakikat dua kalimat syahadat yang sebenarnya menurut Al-qur’an,Al-hadits,dan para ulama mendefinisikannya karena islam bukan hanya kata-kata tapi islam butuh implementasi……….

MAKNA SYAHADAT, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI DAN YANG MEMBATALKANNYA
MAKNA SYAHADAT (persaksian)
1. Al-iqror(لاقرارا ((pernyataan)
Alloh berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu (QS 3:81)
2. Al-ahdu/al mitsaq (العهد\الميثاق) (perjanjan)
Alloh berfirman:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ َجعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُون
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.)QS 16:91)
3. Al qosam (القشم) (sumpah)
Alloh berfirman
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ أَمَرْتَهُمْ لَيَخْرُجُنَّ قُلْ لا تُقْسِمُوا طَاعَةٌ مَعْرُوفَةٌ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, Pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS 24:53)
Kalimat asyhadu ( ( اشهدditinjau dari ilmu bahasa adalah fiil mudhori yaitu kata kerja yang menunjukan akan dilakukan ataupun sedang dilakukan dalam kata lain semenjak seorang muslim mengikrarkan dua kalimat syahadat maka semenjak itulah ia berjanji,bersumpah dan berikrar sampai seterusnya bahwasanya tidak ada illah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh
Beberapa pendapat ulama tentang shadat:
Syaikh Muhammad bin abdurrohman mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui .
Syaikh Muhammad kholil harots mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui tentang hal itu, meyakini kebenarannya dan ketetapannya, dan tidaklah disebutkan sebuah persaksian kecuali diikuti dengan sebuah pengikraran dan pengakuan, menyepakatinya dengan hati yang di ikrarkan oleh lisan.karena sesungguhnya Alloh swt telah mendustakan orang-orang munafiq dalam perkataan mereka
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS 63:1) meskipun mereka mengatakannya dengan lisan-lisan mereka.
Syaikh sholih bin abdul aziz bin muhammd bin ibrohim ali syaikh mengatakan bahwa syahadah menurut bahasa dan menurut syar’i dan dalam tafsir-tafsir salaf dalam lafadz شهد sebagaimana Alloh berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS 3:18)
وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang mnyeru kepada selain Alloh tidak akan mendapat syafaat kecuali yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya (QS 43:86)
Maka kalimat syahadat mengandung makna:
Pertama meyakini dengan apa yang ia ucapkan, dan meyakini apa yang ia persaksikan. Maka persaksian bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh.bahwasanya menuntut meyakininya dengan hati arti kalimat ini dengan ilmu dan keyakinan, karena sesungguhnya persaksian didalamnya adalah sebuah keyakinan, dan sebuah keyakinan tidak disebut sebuah keyakinan kecuali apabila disertai ilmu dan yakin.
Kedua mengucapkannya, syahadah sebagaimana menuntut sebuah keyakinan ia juga menuntut pemberitahuan dan pengucapan.
Ketiga mengabarkannya dan memberitahukannya, mengucapkan dengan lisannya. Dan ini adalah dari segi kewajiban juga karena tidak dikatakan orang yang bersaksi sehingga mengabarkannya kepada yang lainnya dengan apa yang ia persaksikan.
Maka makna asyhadu alla ilaaha illalloh adalah saya ber’itikad, saya mengatakannya, saya mengetahuinya dan saya mengabarkannya bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh.
“Barang siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh” artinya adalah barang siapa yang mengucapkannya seta mengetahui maknanya dan mengerjakan yang menjadi tuntutannya secara lahir maupun batin. Maka dalam syahadatain haruslah adanya ilmu, yakin serta mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinya. Sebagaiman Alloh berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuillah bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh (QS 47:19)
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
kecuali yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya (QS 43:86)
adapun mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya, tanpa meyakininya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya yaitu berlepas diri dari kesyirikan, ikhlas dalam perkataan dan perbuatan yaitu mengikrarkan dengan hati dan lisan mengerjakan dengan hati dan anggota badan maka tidaklah bermanfaat menurut ijma.

RUKUN SYAHADAT
Kalimat laa ilaaha illalloh mempunyai dua rukun:
Pertama an-nafyu (peniadaan).kalimat (لا ) adalah huruf nafyu (peniadaan) sedangkan kalimat (اله ) adalah manfy (sesuatu yang di tiadakan) sedangkan kalimat (اله) ditinjau dari segi bahasa adalah isim nakiroh (isim yang menunjukan kepada sesuatu yang belum jelas/masih umum) kemudian kalau dilihat dalam segi ushul fiqih kalau terdapat isim nakiroh kemudian di dahului oleh huruf nafyu maka kedudukanya menjadi am (umum) ,maka arti (اله) itu menjadi banyak diantaranya:
Syaikhul islam ibnu taimiyah mengatakan bahwa (اله ) adalah sesuatu yang di ibadahi dan di taati karena illah adalah sesuatu yang dicintai yang di ibadahi. yang mana kecenderungan hati dengan mencintainya, ketundukan dan menghinakan diri dihadapannya, takut dan berharap kepadanya.
Ibnu qoyyim al jauziyah berkata (اله ) adalah yang dicenderungi oleh hati dengan kecintaan, pengagungan dan tempat bersandar, memuliakan dan mengagungkan, menghinakan diri dan tunduk kepadanya, takut, berharap dan temapat menggantungkan diri.
Ibnu rojab berkata (اله ) adalah yang ditaati dan tidak mendurhakainya,mengagungkan, cinta, takut, berharap dan tempat menggantungkan diri.
Maka arti kata (لااله ) adalah tidak ada yang di ibadahi, tidak ada ketaatan dan ketundukan, tidak ada yang lebih dicintai, tidak ada tempat bergantung, tidak ada tempat meminta pertolongan, tidak ada yang kita berikan loyalitas.
Kedua al itsbat (ketetapan). Kalimat (الا ) adalah huruf istisna /itsbat (pengecualian/ketetapan) sedangkan kalimat(الله ) adalah mutsbit/mustasna (yang ditetapkan/yang di kecualikan) dan kalimat (الله ) adalah isim ma’rifat yaitu suatu isim yang menunjukan sesuatu yang sudah jelas artinya.
Maka artinya adalah aku bersaksi, bersumpah, berjanji, dan berikrar bahwasanya tidak ada illah (yang di ibadahi, yang ditaati, yang lebih dicintai, yang dimintai pertolongan, berharap, takut, dan tempat bersandar) kecuali Alloh semata.maka setelah menafyikan (meniadakan) semua bentu alihah (jamak dari kata illah) maka ditetapkanlah bahwa Alloh lah satu-satunya yang berhak di ibadahi, ditaati (hukum aturannya) yang paling dicintai, dan yang lainnya. bahwa diantara syarat diterimanya iman seseorang kepada Alloh adalah menafyikan semua bentuk penyembahan kepada selain Alloh.contoh Alloh berfirman:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS 2:256)
Maka makna kalimat asyhadu alla ilaaha illalloh adalah: bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dilangit dan dibumi kecuali Alloh semata, yaitu ilaah yang haq dan selainnya adalah batil, dan tuntutannya adalah ikhlas dalam beribadah semata-mata karenanya dan meniadakan selainnya. Dan tidaklah bermanfaat orang yang menyatakannya sehingga menetapkan dua perkara:
Pertama mengucapkan bahwasanya tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Alloh.dengan ilmu dan yakin serta membenarkan dan mencintainya.
kedua mengingkari segala sesuatu yang di ibadahi, yang ditaati selain Alloh, barang siapa yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi belum mengingkari apa-apa yang disembah selain Alloh maka perkataan ini tidaklah bermanfaat.
Kalimat Muhammad rosululloh
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ” hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
“Artinya : Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu (QS 18:110)
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke mesjidil aqsho (QS 17:1)
Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).
Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.
Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena’wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.padahal rosululloh saw telah bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Janganlah kalian berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang nashroni berlebih-lebihan terhadap ibnu maryam (nabi isa as) karena sesungguhnya aku adalah hamba Alloh, maka katakanlah hamba Alloh dan utusanya.
Maka tidaklah cukup bagi seorang muslim hanya mengikrarkan syahadat yang pertama yaitu syahadat laa ilaaha illalloh tanpa diikuti oleh syahadat yang kedua yaitu syahadat anna Muhammad rosululloh karena hal itu sama halnya dengan orang-orang musyrikin quraiys yang hanya mengakui rububiyahnya Alloh dan tidak mengakui kerosulan nabi Muhammad saw walaupun dalam hatinya merekapun mengakui kebenaran yang dibawa oleh rosululloh akan tetapi mereka enggan untuk mengikrarkannya. Alloh berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?(QS 43:87)
Dalam beribadahpun ada dua syarat diterimanya amal ibadah
Pertama ikhlas semata mata karena Alloh. Alloh berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS 98:5)
Kedua mutaba’ah (mengikuti petunjuk) yaitu sesuai dengan apa yang dicontohkan Rosululloh saw., Alloh berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah (Muhammad) Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS 3:31)
Ibnu katsir berkata bahwa ayat yang mulia ini menghukumi barangsiapa yang mengaku mencintai Alloh akan tetapi ia tidak diatas jalan Rosululloh maka ia adalah pendusta sehingga ia mengikuti syariat muhammad dan agama para nabi disemua perkataan dan perbuatannya sebagaimana dalam hadits sohih Rosululloh bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak ada contohnya dari kami maka ia tertolak .
Maka barangsiapa yang mengaku mencintai Alloh dan mengakui muhammad adalah utusannya tapi tidak mengikuti syari’atnya dan tidak mengikuti apa yang telah dicontohkannya dalam menegakan dien ini maka ia telah berdusta atas nama Alloh dan rosulnya.
SYARAT-SYARAT SYAHADAT
Wahab bin munabih pernah ditanya ”bukankah kalimat laa ilaha illalloh adalah kunci surga?” ia menjawab, “benar, namun tidak ada satu kuncipun kecuali mempunyai gigi-gigi. Jika engkau menggunakan kunci yang bergigi, maka pintu akan terbuka. Namun jika tidak, tidak akan terbuka.
Gigi-gigi kunci itu adalah syarat-syarat syahadat yaitu:
1. Al-ilmu
Yaitu mengetahui makna yang dimaksudkan, baik penafian maupun penetapan, yang dapat menghilangkan kebodohan tentangnya. Alloh berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“ ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah kecuali Alloh”(QS 47:29)
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“..kecuali orang yang menyaksikan akan kebenaran (QS 43:86)
Maksudnya adalah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, sedang mereka mengetahui dengan hati mereka mengetahui dengan hati mereka akan hal yang diucapakan oleh lisan mereka. Alloh swt berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Alloh menyatakan bahwa tiada tuhan selain dia, yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga bersaksi demikian. Tidak ada tuhan selain dia yang maha perkasa dan maha bijaksana” (QS 3:18)
Rosululloh saw bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa meninggal, sedang ia mengetahui bahawa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, ia masuk surga

2. al yaqiin
Keyakinan yang dapat menghilangkan keraguan. Artinya, orang yang mengatakannya harus benar-benar meyakini kandungan kalimat ini dengan keyakinan yang kokoh, karena dalam hal iman yang berguna hanyalah ‘ilm al yaqiin (pengetahuan yang pasti). Alloh swt berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang berimam kepada Alloh dan rosulnya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka dijalan Alloh. Mereka itulah orang0orang yang benar.”(QS 49:15)
Rosululloh saw bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Alloh dan bahawa aku adalah utusan alloh. Tidak ada seorang hamba yang bertemu Alloh dengan kalimat ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, kecualimasuk surga
Dalam riwayat lain rosululloh bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنْ الْجَنَّةِ
“aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Alloh dan bahawa aku adalah utusan alloh. Tidak ada seorang hamba yang bertemu Alloh dengan kalimat ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya yang terhalang dari surga
فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
“siapa saja yang kau temui dibalik tembok ini bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selai Alloh dengan keyakinan hati, sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga.”
3. Al qobuul
Yaitu menerima konsekuensi kalimat ini dengan hati, lisannya dan perbuatannya.Alloh swt menceritakan kepda kita tentang berita orang-orang yang terdahulu berupa penyelamatan orang yang menerimanya dan penyiksaan orang yang menolak dan mengabaikannya. Alloh swt berfirman:
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آَبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan Demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun Aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Maka kami binasakan mereka Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.(QS 43:23-25)
ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آَمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ
“kemudian kami selamatkan rosul-rosul kami dan orang-orang yang beriman. Demikianlah, adalah menjadi kewajiban kami untuk menyelamatkan orang-orang yang beriman(QS 10:103)
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آَلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
“sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka la ilaha ilalloh mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan”apakah kami harus meninggalkan tuhan-tuhan sesembahan kami hanya untuk mengikuti seorang penyair gila (QS 37:35-36)

4. Al inqiyad (tunduk)
Yaitu tunduk kepada apa yang dikanndungnya dan menolak meninggalkannya. Alloh swt berfirman:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
“kembalilah kepada tuhanmu dan berserah dirilah kepadanya”(QS 39:54)
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
“siapakah yang lebih baik agamanya disbanding orang yang menyerahkan wajahnya kepada Alloh dan dia adalah orang yang mengerjakan kebajikan (QS 31:22)
Rosululloh saw bersabda
لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعاً لما جئت به
“tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang akau bawa”
Alloh swt berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS 4:65)
5. jujur
yaitu jujur yang berarti tidak berdusta. Artinya, ia mengucapkannya secara jujur dari hatinya, lidahnya sejalan dengan hatinya. Alloh swt berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak akan diuji ? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS 29:2-3)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS 2:8-10)
Rosululloh saw bersabda:
ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صادقا من قلبه إلا حرمه الله على النار
Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh dan bahwa muhammad saw adalah hamba dan utusannya dengan jujur dari hatinya, kecuali Alloh mengharamkannya disentuh api neraka .
6. ikhlas
yaitu memurnikan amal perbuatan dari berbagai noda kemusyrikan dengan niat yang baik semata-mata karena Alloh. Alloh swt berfirman
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus (QS 98:5).
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).(QS 39:2-3)
Rosululloh bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Orang yang paling berbaagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan la ilaha illalloh secara tulus ikhlas dengan maksud mengharapkan ridho Alloh swt.

7. al mahabbah (kecintaan)
yaitu mencintai kalimat ini, apa yang menjadi konsekuensinya, dan kondungan-kandungannya, mencintai orang-orang yang memiliki, mengamalkan, dan komitmen dengan syarat-syaratnya, serta membenci yang dapat menggugurkan hal itu. Alloh swt berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (QS 2:165)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.(QS 5:54)
ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار
Tiga hal, barangsiapa dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan manisnya iman; bila Alloh dan rosulnya lebih ia cintai daripada selain keduanya, bila seseorang mencintai seseorang yang lain, ia tidak mencintainya melainkan karena Alloh , dan apabila ia membenci kembalikepada kekafiran sebagaiman ia membenci apabila dijebloskan kedalam api neraka


HAL-HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN
Dalam buku karangan syaikh Abdul aziz bin baz yang berjudul nawaqidul islam atau syaikh muhammad bin said al-qahthani dalam kitab wala’ wal bara’ mengatakan bahwa hal-hal yang membatalkan keislaman adalah sebagai berikut:
Pertama:
Diantara sepuluh hal yang membatalkan keislaman tersebut adalah mempersekutukan Allah  ( syirik ) dalam beribadah.
Allah  berfirman:
إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء

Sesungguhnya Allah  tidak mengampuni dosa syirik(menyekutukan ) kepadaNya, tetapi mengampuni dosa selain itu, kepada orang – orang yang dikehendakinya “.( Qs 4 : 116)

Allah  berfirman:

إنه من الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار يشرك بالله فقد حرم الله عليه

sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya, dan tempat tinggalnya (kelak) adalah neraka, dan tiada seorang penolong pun bagi orang – orang zhalim” .( QS 5: 72).

Dan di antara perbuatan kemusyrikan tersebut adalah ; meminta do’a dan pertolongan kepada orang- orang yang telah mati, bernadzar dan menyembelih korban untuk mereka.

Kedua:
Menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah , meminta do’a dan syafaat serta bertawakkal ( berserah diri ) kepada perantara tersebut.
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُ
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).(QS 10:18)

Orang yang melakukan hal itu, menurut ijma’ ulama ( kesepakatan) para ulama, adalah kafir.

Ketiga :
Tidak menganggap kafir orang- orang musyrik, atau ragu atas kekafiran mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian ini adalah kafir.

Keempat:
Berkeyakinan bahwa tuntunan selain tuntunan Nabi Muhammad  lebih sempurna, atau berkeyakinan bahwa hukum selain dari beliau lebih baik, seperti ; mereka yang mengutamakan aturan - aturan thaghut (aturan – aturan manusia yang melampaui batas serta menyimpang dari hukum Allah ), dan mengesampingkan hukum Rasulullah  , maka orang yang berkeyakinan demikian adalah kafir.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS 5:50)



Kelima :
Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah  , meskipun ia sendiri mengamalkannya. Orang yang sedemikian ini adalah kafir. Karena Allah  telah berfirman :

ذلك بأنهم كرهوا ما أنزل الله فأحبط أعمالهم

Demikian itu adalah dikarenakan mereka benci terhadap apa yang di turunkan oleh Allah , maka Allah  menghapuskan (pahala ) segala amal perbuatan mereka”. ( Muhammad : 9).

Keenam:
Memperolok–olok sesuatu dari ajaran Rasulullah , atau memperolok – olok pahala maupun siksaan yang telah menjadi ketetapan agama Allah , maka orang yang demikian menjadi kafir, karena Allah  telah berfirman :

قل أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزئون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم

katakanlah ( wahai Muhammad ) terhadap Allah kah dan ayat – ayat Nya serta RasulNya kalian memperolok – olok ? tiada arti kalian meminta maaf, karena kamutelah kafir setelah beriman “ . (At- Taubah : 65- 66).

Ketujuh :
Sihir di antaranya adalah ilmu guna-guna yang merobah kecintaan seorang suami terhadap istrinya menjadi kebencian, atau yang menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau sesuatu yang di bencinya dengan cara syaitani.dan orang yang melakukan hal itu adalah kafir, karena Allah  telah berfirman :

وما يعلمان من أحد حتى يقولا إنما نحن فتنة فلا تكفر

Sedang kedua malaikat itu tidak mengajarkan (suatu sihir) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir “.( Al-Baqarah : 102.

Kedelapan:
Membantu dan menolong orang – orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin. Allah  berfirman:

ومن يتولّهم منكم فإنه منهم إن الله لا يهدي القوم الظالمين

Dan barang siapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani ) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang tersebut termasuk golongan mereka. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang – orang yang zhalim” .( Al- Maidah: 51).



Kesembilan:
Berkeyakinan bahwa sebagian manusia diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Nabi Muhammad  , maka yang berkeyakinan seperti ini adalah kafir. Allah  berfirman :

ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين

Barang siapa menghendaki suatu agama selain Islam, maka tidak akan diterima agama itu dari padanya, dan ia di akhirat tergolong orang- orang yang merugi”.( Ali- Imran: 85).


Kesepuluh :
Berpaling dari ِِAgama Allah ; dengan tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan ajarannya. Allah  berfirman :

ومن أظلم ممن ذكر بآيات ربه ثم أعرض عنها إنَّا من المجرمين منتقمون .

Tiada yang lebih zhalim dari pada orang yang telah mendapatkan peringatan melalui ayat – ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari padanya. Sesungguhnya kami minimpakan pembalasan kepada orang yang berdosa “. ( As- Sajadah : 22).

Dalam hal- hal yang membatalkan keislaman ini , tak ada perbedaan hukum antara yang main-main, yang sungguh- sunnguh ( yang sengaja melanggar ) ataupun yang takut, kecuali orang yang di paksa. Semua itu merupakan hal- hal yang paling berbahaya dan paling sering terjadi. Maka setiap muslim hendaknya menghindari dan takut darinya. Kita berlindung kepada Allah  dari hal- hal yang mendatangkan kemurkaan Nya dan kepedihan siksaanNya. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada makhluk Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat beliau. Dengan ini maka habis dan selesai kata-katanya. Rahimahullah.

Termasuk dalam nomor empat :
Orang yang berkeyakinan bahwa aturan- aturan dan perundang – undangan yang diciptakan manusia lebih utama dari pada syariat Islam, atau bahwa syariat Islam tidak tepat untuk diterapkan pada abad ke dua puluh ini, atau berkeyakinan bahwa Islam adalah sebab kemunduran kaum muslimin, atau berkeyakinan bahwa Islam itu terbatas dalam mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, dan tidak mengatur urusan kehidupan yang lain.
Juga orang yang berpendapat bahwa melaksanakan hukum Allah  dan memotong tangan pencuri, atau merajam pelaku zina ( muhsan) yang telah kawin tidak sesuai lagi di masa kini.
Juga orang yang berkeyakinan diperbolehkannya menerapkan hukum selain hukum Allah  dalam segi mu’amalat syar’iyyah, seperti perdagangan, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan lain sebagainya, atau dalam menentukan hukum pidana, atau lain-lainnya, sekalipun tidak disertai dangan keyakinan bahwa hukum- hukum tersebut lebih utama dari pada syariat Islam.
Kerena dengan demikian ia telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah  , menurut kesepakatan para ulama’.sedangkan setiap orang yang telah menghalalkan apa yang sudah jelas dan tegas diharamkan oleh Allah  dalam agama, seperti zina, minum arak, riba dan penggunaan perundang- undangan selain Syariat Allah , maka ia adalah kafir, merurut kesepakatan para ulama Islam.



KONSEKUENSI SYAHADATAIN
Bahwa semenjak seorang muslim mengikrarkkan dua kalimah syahadah maka semenjak itulah ia menyatakan dirinya siap menerima kedaulatan Alloh sebagai Robb yaitu menjadikan Alloh satu-satunya yang wajib di ibadahi dan ditaati dalam hukum-hukumnya menjalankan apa-apa yang menjadi perintahnya serta menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya, serta membenarkan apa-apa yang dibawa oleh Rosululloh Saw dengan menjalankan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya serta siap membela, mengikuti jejak langkah perjuangannya sehingga tegaknya dien ini diatas dien-dien yang lain. Sebagaimana Alloh berfirman:
Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk(Al-qur’an) dan agama(aturan) yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama (aturan-aturan/ideology-ideologi) meskipun orang musyrik membenci.(QS 61:9)
Kalimat inilah yang akan membedakan orang mu’min dan kafir, kalimat ini pulalah yang akan melahirkan sikap wala’ dan bara’nya seorang mu’min sehingga hanya akan memberikan wala’nya(loyalitas) hanya kepada Alloh, Rosul dan orang-orang yang beriman. Alloh berfirman:
Artinya sesungguhnya penolongmu hanyalah Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman,yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat seraya tunduk kepada Alloh.dan barang siapa menjadikan Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman sebagi penolongnya,maka sungguh,pengikut agama Alloh lah yang menang (QS 5:55-56)
Serta tidak menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai wali diantara orang-orang yang beriman. Sebagaimana dalam firmannya:
artinya:janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dan meninggalkan orang-orang beriman barang siapa berbuat demikian,niscaya dia tidak akan mendapat apapun dari Alloh kecuali karena siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka.dan Alloh memperingatkan kamu akan diri(siksa)nya dan hanya kepada Alloh tempat kembali(QS 3:28).
Artimya:wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuhku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka(berita-berita Muhammad),karena rasa kasih sayang ,padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu(QS 60:1)
Serta bersikap bara’ (berlepas diri) dari bentuk kekafiran, sebagaimana gambaran bara’nya nabi ibrohim dari kkaumnya. Alloh berfirman:

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,(QS 60:4)
Kemudian sikap bara’nya nabi Muhammad saw terhadap orang-orang kafir. Alloh Swt bwrfirman:
Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku"(QS 109:1-6)
Alangkah indahnya ayat ini untuk kita pahami lebih dalam sehingga cukuplah menjadi tolak ukur bahwa kita dilarang untuk mengikuti sistem-sistem orang-orang kafir dengan dalih apapun itu, karena diantara syarat iman kepada Alloh adalah menafikan semua bentuk thowagit (jamak dari thogut) yaitu meniadakan sesembahan, ketaatan, aturan dan hukum selain Alloh. Alloh Swt berfirman:
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS 2:256)
maka diantara tuntutan syahadatain adalah wala dan bara’ sehingga akan melahirkan furqon (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Maka dikarenakan jahilnya terhadap kalimat ini begitu banyak umat muslim yang mereka mengaku seorang muslim akan tetapi tidak jelas wala’ dan bara’nya sehingga mereka masih ridho dengan aturan selain aturan Alloh. sebagaimana Alloh berfirman;
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(QS 4:60)
Bahkan diantara mereka yang mengaku para pejuang kebenaran menjadi sebahagian orang-orang yang mensukseskan sistem kufur dengan menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai teman dan duduk bersama merumuskan undang-undang yang menyelisihi Al-qur’an. Padahal jelas-jelas Alloh telah berfirman:
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam,(QS 4:140)
Syaikh muhammad bin Abdulloh bin sholih assahim dalam kitab al islamu usuluhu wa mabadi ihi berkata bahwa konsekuensi la ilaha illalloh adalah ikhlas dalam beribadah semata mata karena Alloh, serta menafyikan selainnya. Serta mengkufuri apa-apa yang disembah ataupun ditaati selain Alloh, karena barang siapa yang mengucapkan persaksian ini akan tetapi tidak mengkufuri sesembahan sesembahan selain Alloh maka kalimat persaksian ini tidaklah bermanfaat.
Dan diantara konsekuansi syahadat Muhammad Rosululloh adalah mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang dia bawa, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.
Rosululloh Saw bersabda:
لَا يُؤْمِن أَحَدكُمْ حَتَّى يَكُون هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْت بِهِ
Tidaklah dikatakan beriman seseorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang aku datang dengannya(lihat hadits arbain an nawawi)

CUKUPKAH BAHWA KALIMAT TAUHID (SYAHADATAIN) MENJADI KEYAKINAN HATI SAJA TANPA SEBUAH PENGIKRARAN ATAU TANPA SEBUAH PENGAMALAN DAN TANPA MENGERTI MAKNANYA
Nabi saw, bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

“barangsiapa mengucapkan la ilaha illalloh dan mengingkari segala yang disembah selain Alloh, maka sucilah darah dan harta dan darahnya. Sementara itu, perhitungannya adalah urusan Alloh
Syaikh muhammad bin abdul wahab mengatakan dalam kitab tauhid “ini merupakan penjelasan paling agung tentang makna la ilaha ilalloh. Melafalkannya saja tidak cukup sebagai pelindung bagi darah dan harta. Bahkan juga belum cukup hanya dengan mengerti maknanya lalu mengucapkan dan mengikrarkannya, maupun ketika ia hanya menyeru Alloh yang tiada sekutu baginya, harta dan darahnya tidak suci dan terlindungi sebelum ia menyertainya dengan mengingkari segala yang disembah selain Alloh. jika ia ragu-ragu atau bimbang, maka darah dan hartanya tidaklah suci (dilindungi).
Syaikh Muhammad kholil harots dalam kitab syarh kitab aqidah wasithiyah mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui tentang hal itu, meyakini kebenarannya dan ketetapannya, dan tidaklah disebutkan sebuah persaksian kecuali diikuti dengan sebuah pengikraran dan pengakuan, menyepakatinya dengan hati yang di ikrarkan oleh lisan.karena sesungguhnya Alloh swt telah mendustakan orang-orang munafiq dalam perkataan mereka
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS 63:1) meskipun mereka mengatakannya dengan lisan-lisan mereka.
Dalam kitab fathul majid syarh kitab tauhid syaikh Abdurrohman bin hasan mengatakan dalam hadits nabi “barang siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh” atau barang siapa yang mengucapkannya serta mengetahui maknanya dan mengamalkan tuntutannya secara lahir maupun bathin. Karena dalam persaksian dua kalimat syahadat harus mempunyai ilmu dan yakin serta mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinnya. Sebagaimana firman Alloh:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Ketahuilah bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh (QS 47:19)
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Kecuali orang yang mengakui yang haq(tauhid) sedang mereka mengetahuinya (QS 43:86)
Adapun orang yang mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya dan tidak meyakininya serta tidak mengamalkan tuntutannya yaitu berlepas diri dari bentuk kemusyrikan , serta ikhlas dalam perkataan dan perbuatan yaitu perkataan hati dan lisan, perbuatan hati dan anggota badan, maka tidaklah bermanpaat menurut kesepakatan( ijma).dalam kitab tersebut juga disebutkan bahwa dalam hadits “barangsiapa yang bersaksi” karena sesungguhnya persaksian tidaklah dikatakan sah kecuali disertai ilmu, yakin, ikhlas dan membenarkannya. Ibbnu Abbas berkata bahwa orang yang bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh menuntut bahwa orang yang bersaksi mengetahui bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh.
Bahwa pengikraran dua kalimat syahadat adalah pengakuan dan pernyataan seseorang akan keimanannya. Maka marillah kita lihat hakikat iman yang sebenarnya.
Hakikat iman
Hakikat iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, mengerjakannya dengan anggota badan bertambahnya dengan ketaatan dan berkurangnya dengan kemaksiatan.
1. tasdiqun bilqolbi (membenarkan dengan hati)
membenarkan dengan hati apa-apa yang telah Alloh tetapkan dalam kitabnya tanpa ada keragu-raguan sebagaimana dalam firmannya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang bena (QS 49:15)
Lihatlah bagaimana dalam al qur’an menjelaskan ketika orang badui datang kepada Rosul mengakui keimanannya akan tetapi tanpa adanya sebuah keyakinan dari hatinya maka Alloh berfirman:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 49:14)
Maka dalam ayat ini menunjukan pentingnya sebuah keilmuan yang akan melahirkan sebuah keyakinan. Dan Alloh swt telah melarang kita untuk tidak mengikuti sesuatu tanpa berdasarkan ilmu.Alloh berfirman
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kalian mengikuti sesuatu yang kalian tidak mengetahui hal itu karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggung jawaban(QS 17:36)
oleh karena itu, seseorang tidak akan mungkin mengatakan bahwa itu adalah benar tanpa dia tau akan hal tersebut dengan keilmuannya. Maka diantara syarat syah syahadat harus adanya ilmu dan yakin. Karena bagaimana mungkin seseorang akan meyakini yang dia yakini sementara dia tidak mengetahui apa-apa yang dia yakini.setelah seseorang muslim meyakini keimanan beserta ilmunya maka ia dituntut adanya sebuah pengikraran, karena tidaklah cukup seseorang meyakininya tanpa adanya sebuah pengikraran. Sama halnya dengan paman Nabi yaitu Abu tholib, betapapun ia adalah seorang yang membantu perjuangan beliau tapi tidaklah dikatakan orang yang beriman karena tidak mengikrarkan dua kalimat syahadat.


2. Al iqroru bi lisan (mengucapkannya dengan lisan)
Hakikat iman yang kedua adalah mengikrarkannya yaitu mengikrarkan dua kalimat syahadat tentu dengan syarat-syarat yang telah dijelaskan diatas. Sebagaimana gambaran para nabi ketika diambil perjanjian dengan Alloh:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".(QS 3:81)
Karena hakikat syahadatain adalah sebuah perjanjian siap taat dengan apa yang Alloh perintahkan dan menjauhi apa yang menjadi larangannya yang harus ditepati oleh seorang muslim.Alloh berfirman:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.(QS 16:91)
Kemudian persaksian inilah yang akan menyebabkan seseorang mendapatkan syafaat. Alloh swt berfirman:
لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
Mereka tidak berhak mendapatkan syafaat(pertolongan) kecuali orang yang mengadakan peranjian disisi Alloh yang maha pengasih(QS 19:87)
Ibnu katsir begitu juga ibnu Abbas menafsirkan kalimat العهد (perjanjian) adalah persaksian bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh . Rosululloh saw pun bersabda
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan la ilaha ilalloh secara tulus ikhlas dari hatinya, atau dari jiwanya.
وشفاعتي لمن شهد أن لا إله إلا الله مخلصا يصدق قلبه لسانه ، ولسانه قلبه
Syafaatku adalah untuk orang yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Alloh secara tulus ikhlas, hatinya membenarkan lisannya dan lisannya membenarkan hatinya.

Akan tetapi tidaklah cukup seorang muslim yang mengikrarkan dua kalimat syahadat tanpa dilanjutkan dengan sebuah perbuatan. Sebagaimana Alloh telah mendustakan perkataan orang-orang munafiq. dalam firmannya:
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui (bersaksi), bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(QS 63:1)
3. Al amalu bil arkan (mengerjakannya dengan seluruh anggota badan)
Alloh swt berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal( QS 18:107)
Syaikh Abdulloh bin abdul hamid al atsari dalam kitab al waziz fi aqidah salafu sholih ahlussunnah wal jamaah berkata, bahwasanya Imam al auza’i dan sufyan atsauri berkata”tidak ada iman kecuali dengan amal, dan tidak ada pengucapan dan perbuatan kecuali dengan niat, dan tidak ada pengucapan, pengamalan dan niat kecuali kecuali sesuai dengan sunnah.
Syaikhul islam ibnu taimiyah dalam kitabul iman berkata bahwasanya hasan basri berkata” iman bukanlah hanya sekedar omong kosong dan angan-angan, akan tetapi apa yang terbesit dalam hati kemudian dibenarkan oleh perbuatan.
Ibnu hajar dalam fathul bari pada babul iman berkata bahwasanya imam syafii berkata:”iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurangbertambahnya denganketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Tidaklah cukup orang yang hanya meyakininya tanpa ada pengikraran, dan tidaklah cukup hanya dengan pengikraran tanpa adanya pengamalan. Akan tetapi ketiga-tiganya harus dilaksanakan, kalaulah salah satunya ditinggalkan maka belumlah disebut orang yang beriman..

HAKIKAT MAKNA IBADAH
Alloh swt berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS 16:36)
Inilah hakikat dakwah para rosul yaitu menyeru manusia untuk hanya beribadah kepada Alloh swt dan meninggalkan semua bentuk thowaghit (jamak dari thogut) hal ini juga senada dengan kalimat la ilaha ilalloh yaitu tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh serta meniadakan bentuk peribadatan kepada selain Alloh. Bahwa diantara syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas yaitu semata mata menjalankan ketaatan kepada Alloh serta meniadakan ketaatan kepada selain Alloh.
Ibadah secara bahasa menghinakan diri tunduk dan patuh.
Sedangkan ibadah menurut istilah adalah segala sesuatu yang Alloh cintai dan Alloh ridhoi dari perkataan dan perbuatan secara lahir maupun bathin.
Maka Alloh swt memerintahkan kepada kita untuk hanya memberikan ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Alloh swt serta meninggalkan semua bentuk ketaatan dan ketundukan kepada selain aturan Alloh swt. Ingatlah, bahwa Rosululloh saw menyeru kaumnya yang ketika itu dalam keadaan jahiliyah kepada islam. Dan harus di ingat bahwa yang disebut jaman jahiliyah bukanlah jaman dimana manusia tidak mengenal sebuah tulisan, perdagangan, ataupun ilmu pengetahuan tapi yang disebut jaman jahiliyah adalah jaman dimana manusia tidak menjadikan aturan Alloh sebagai aturan hidup. Bahkan pada jaman jahiliyah merekapun mengakui bahwa Alloh swt lah yang menciptakan langit dan bumi sebagaimana Alloh menerangkan dalam Al qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ
Dan seandainya engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi maka mereka akan mengatakan Alloh (QS 31:25)
Terus apa bedanya dengan hari ini yang mengatakan bahwa Alloh lah yang menciptakan langit dan bumi serta mengatur kehidupan manusia sementara mereka tidak menjadikan aturan Alloh sebagai aturan hidup dalam tatanan bermasyarakat ataupun bernegara. Maka lihatlah bagaimana Rosululloh mengeluarkan umat dari keadaan jahiliyah kedalam islam dengan cara mengikrarkan dua kalimat syahadat. Karena dengan dua kalimat itulah yang akan menentukan wala dan bara’nya seseorang.





HARUSKAH KITA MENGIKRARKAN DUA KALIMAT SYAHADAT ?

Syahadatain adalah rukun islam yang pertama dan setiap rukun tentu ada syarat sahnya,kalimat yang menentukan apakah dia seorang muslim ataukah bukan, kalimat ini juga adalah pintu gerbangnya islam, barang siapa yang memasukinya maka islamah dia. Haruskah kita bersyahadat kembali , bukankah kita sudah islam semenjak kita lahir dan orang tua kitapun islam, dan bukankah kita selalu mengucapaknnya setiap kali kita sholat? Mungkin pertanyaan inilah yang kadang menjadi sebuah perbincangan dikalangan umat islam, maka marilah kita pahami bagaimana menurut Al-qur’an dan hadits serta pendapat para ulama membahas tentang hal ini.
Alloh swt berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)(QS 7:172)
Para mufasirin menafsirkan ayat ini adalah persaksian rububiyahnya Alloh, dan setiap anak cucu adam diminta pesaksiannya ketika dialam rahim.
Kemudian Rosululloh saw bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Setiap yang dilahirkan maka ia lahir dalam keadaan fitroh (islam) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi, nasroni ataupun majusi seperti binatang melahirkan binatang juga, apakah kamu melihat ada kelainan didalamnya( HR bukhori)
Alloh swt berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS 30:30)
Para ulama mufasiriin ketika menafsirkan kalimat fitroh artinya adalah islam. Maka setiap anak cucu adam lahir dalam keadaan fitroh( islam) sebagaimana disebutkan dalam tafsir ibnu katsir bahwa setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh sampai dia mengungkapkannya (mengikrarkannya) dengan lisannnya, sebagaimana Rosululloh bersabda
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ
“Setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh sampai ia mengungkapkannya dengan lisannya”
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi ataupun nasroni. Kemudian dalam ayat” tidak ada perubahan pada fitroh Alloh itu” artinya adalah tidak ada perubahan dalam fitroh Alloh, maka manusialah yang merubah fitroh mereka yang mana Alloh telah menciptakan mereka menurut fitrohnya.
Kalaulah kita perhatikan ayat dan hadits diatas menunjukan bukan hanya kedua orang tualah yang bisa menjadikan anaknya seorang yahudi, nashroni, sekuler, dan paham-paham sesat yang lainnya. Akan tetapi lingkungan juga berperan aktif merubah fitroh-fitroh mereka sehingga mereka keluar dari fitrohnya dan menjadi penentang-penentang syari’at Alloh.
Para ulama memang menafsirkan kalimat fitroh adalah islam, karena lahir masih dalam keadaan perjanjian yang pertama ketika di alam rahim, akan tetapi dalam ayat tersebut hanya mengikrarkan syahadah rububiyah( bahwa Alloh yang menciptakan, mengatur dan mendidik) saja tanpa diikuti oleh persaksian yang kedua yaitu pesaksian kerosulan Nabi muhammad saw, bukan kah seorang muslim tidak cukup hanya mengakui Alloh saja tapi harus mengakui akan kerosulan Nabi muhammad saw. Karena dalam hal ini orang orang kafir pun mengakui kerububiyahan Alloh, sebagaimana dalam firman Alloh:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS 31:25)
Dalam kitab fathul bari ibnu hajar berkata dalam bab ma qiila fi auladil musrikiin bahwa ibnu qoyyim al jauziyah berkata dalam mengomentari hadits” setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh” bukanlah maksud “setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh” bahwa dia keluar dari perut ibunya mengetahui tentang hal dien ini, karena Alloh swt berfirman:
وَاَللَّه أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُون أُمَّهَاتكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS 16:78)
Kemudian beliau melanjutkan, akan tetapi maksudnya adalah menuntut untuk mengetahui dienul islam dan mencintainya, dan fitroh itu sendiri menuntut pengikraran dan kecintaan. Beliau juga berkata bahwa maksudnya adalah setiap anak yang lahir, ia lahir dalam keadaan perjanjian yang pertama atas rububiyahnya Alloh.
Maka ketika sudah mencapai baligh kitapun harus mengikrarkan uluhiyahnya Alloh (yaitu satu-satunya ilah yang berhak disembah) disertai pengikraran atas kerosulan Nabi muhmmad saw.sebagaimana syaikh sholih bin Abdul aziz bin muhammad bin ibrohim dalam kitab attamhid syarh kitab tauhid mengatakan bahwa persaksian ini adalah persaksian yang diucapkan oleh seorang mukalaf (baligh).
Islam adalah dien yang sesuai dengan fitroh manusia yaitu akan kecenderunganya terhadap kebenaran, maka kedua orang tuanyalah yang harus menjaga kefitrohan anak tersebut hingga dewasa sehingga pada waktunya dia sudah siap menerima tugasnya sebagai manusia dengan dimintanya sebuah perjanjian akan siap menerima dan melaksanakan apa-apa yang menjadi perintah Alloh dan Rosulnya serta menjauhi semua bentuk larangannya. Kemudian kalaulah kita lihat kembali bahwa dalam persaksian dua kalimah syahadat ada syarat-syaratnya hal ini menunjukan bahwa setiap manusia harus mengikrarkan dua kalimat syahadat . karena hakikat syahadat adalah sebuah pengakuan,membenarkan, pengikraran, perjanjian akan siap mendengar dan taat dengan apa-apa yang Alloh dan Rosulnya perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Dan seseorang tidak akan membenarkan sesuatu tanpa adanya sebuah ilmu yang akan menghasilkan sebuah keyakinan, keyakinan yang akan menimbulkan sikap menerima dan ikhlas dalam berbuat.
Syahadat juga merupakan persaksian telah sampainya ilmu dan dakwah kepadanya sehingga dia berjanji untuk siap mendengar dan taat, ingatlah ketika Allloh mengambil perjanjian kepada para Nabi. Alloh swt berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".(QS 3:81)
Terus, kan kita sering bersyahadat dalam sholat, adzan dan lain-lain terus kenapa kita harus bersyahadat kembali? Ingatlah, bahwa dalam satu niat tidak boleh ada dua pekerjaan, dan bahwa kalimat syahadat dalam hal tersebut adalah sebagian bacaan dalam sholat dan adzan, bukan niat untuk mengadakan sebuah perjanjian dan persaksian, karena dalam sebuah persaksian ada syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adanya saksi, orang yang disaksikan dan shigot persakian, sebagaiman para sahabat melakukannya.
Maka dengan ini wajiblah bagi setiap muslim untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidup tentu dengan syarat-syarat dan konsekuensinya yang telah ditetapkan dan dicontohkan oleh para sahabat. Maka karena paham islam keturunanlah yang akhirnya umat ini tidak mengerti akan hakikat dua kalimat syahadat yang sebenarnya, yang akhirnya tidak jelaslah wala’ dan bara’nya. Dan ketika mereka diseru kpada Alloh mereka enggan dan menyombongkan diri. Sebagaiman dalam firmannya:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.(QS 37:35)
Dalam ayat lain
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?(QS 5:104)
Pada pembahasan diatas telah dijelaskan bahwa tidaklah cukup hanya mengakui akan kerububiyahan Alloh saja tanpa mengakui akan kerosulan Nabi muhammad saw. Dan yang dimaksud fitroh disini ialah islam ataupun lahir dalam keadaan bertauhid ataupun condong terhadap kebenaran yang mana harus diteruskan dengan perjanjian ataupun persaksian akan keuluhiyahan Alloh dan kerosulan Nabi muhammad saw. Maka tanyakanlah pada diri kita sudahkah kita bersyahadat? Kalu sudah kapan? Kalaulah jawabannya di alam rahim, bukankah itu hanya persaksian rububiyah tanpa adanya persaksian kerosulan Nabi muhammad saw?
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi kajian kita kembali akan keislaman kita hari ini.
Wallohu a’lam bi showab




















































.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar